PELETAKAN DASAR-DASAR PERADABAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH
by Unknown
PELETAKAN DASAR-DASAR PERADABAN
ISLAM PADA MASA RASULULLAH
A. Pendahuluan.
Seorang
manusia yang tiada tanding dalam berbagai hal yang kehadirannya dinanti-nanti
semua golongan, agama, ras, maupun budaya. Yang membuka awal dari pencerahan,
yang membawa dari zaman kegelapan kezaman yang terang benerang ini, yang
membawa dari kebodohan ke zaman yang dipenuhi dengan ilmu pengetahuan, tiada
lain dia adalah nabi bagi kita sendiri, bagi agama islam, Nabi Muhammad SAW.
Orang yang telah memberi contoh untuk selalu berbuat baik dan senentiasa
membantu orang lain.beliau lahir ditengah-tengah hiruk piruknya kehidupan yang
gelap ditengah kerumunan arab jahiliyyah yang pada masanya itu adalah peradaban
yang paling gelap. Dan beliaulah yang telah menyalakan api pelita kebenaran
dimana telah mendamaikan suku-suku yang bermusuhan, membebaskan para budak,
menyantuni anak-anak yatim, dan wanita-wanita janda.
Muhammad
dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan
dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia sering menyendiri ke Gua
Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota Mekkah, yang kemudian
dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari bertafakur dan beribadah
disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan dengan kebudayaan Arab
pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon
kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Tentulah
kita sebagai seorang muslim tahu siapa beliau, bahkan Michael H. Heart dalam
bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang
sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil
meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia
memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa
maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan romawi di medan pertempuran. Dalam
makalah inipun akan saya sebarluaskan tentang adanya keajaiban-keajaiban itu
untuk bisa membantu para pembaca untuk memperluas wawasan tersebut lebih jauh
dan dalam.
B. Bangsa Arab Sebelum Islam
Bangsa
arab adalah suku asli yang yang menghuni jazirah arab yang terletak di
semenanjung barat daya abenua asia. Sebagian besar permukaannya adlah gurun
yang amat panas di bagian jazirah arab.
kedatangan agama Islam merupakan sebuah kawasan perlintasan
perdagangan yang menjadikan satu
antara kawasanasia di timur. Kebanyakan
orangarab merupakan penyembah berhala dan ada sebagian yang merupakan pengikut
agama-agama.Makkah adalah tempat yang suci bagi bangsa Arab ketika itu, karena
di sana terdapat berhala-berhala agama mereka, telagazam-zam, dan yang
terpenting adalahka'bah. Masyarakat ini disebut pulajahiliyah atau dalam artian
lain bodoh. Bodoh disini bukan dalam intelegensianya namun dalam pemikiran
moral. Wargaqurais yang terkenal dengan masyarakat yang suka berpuisi. Mereka
menjadikan puisi sebagai salah satu hiburan disaat berkumpul di tempat-tempat
ramai.
Bangsa
arab merupakan rumpun bangsa samit, Bangsasemit pada awalnya membangun
peradaban, perlahan-lahan mereka kehilangan dominasi politik mereka disebabkan
serangan dari bangsa nomad Semit dan bangsa non Semit. Bangsa Aram, Akkadia,
Asiria, dan Minean berbicara dalam bahasa yang hampir sama dengan bahasa Semit.
Akhirnya, bangsa Semit kehilangan kekuasaannya tepat pada serangan Persia dan
kedatangan bangsa Yunani pada 330 SM. Dimana bangsa arab sendiri membagi
menjadi dua kelompok, yaitu Arab Baidah dan Arab Baqiyah. Arab Baidah adalah
bangsa arab yang telah ada jauh sebelum islam sendiri datang di bumi arab. Arab
Baqiyah terbagi atas Arab Aribah dan Arab Musta' ribah. Arab Aribah dinamakan
pula Qataniyyah.
Dari
segi pemukimannya, bangsa arab dapat dibedakan atas ahl-albadawi dan ahl-
al-hadlar. Kaum badhawi adalah penduduk padang pasir, dan mereka hidup secara
nomaden dan tidak memiliki tempat tinggal yang tetap, sehingga para sejarawan
sendiri tidak bisa memastikan dari mana asal muasal suku ini.Sedangkan ahl
al-hadlar adalah penduduk yang sudah menetap di jazirah arab sejak zaman dulu,
dan mereka bertempat tinggal dikota-kota dan daerah-daerah pemukiman yang
subur. Mereka hidup secara rumpun dan berkegiatan jual-beli, bercocok tanam dan
industri.
Dalam
strukturnya, masyarakat arab terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah
organisasi keluarga besar yang biasanya berhubungan antara anggota-anggotanya
terikat oleh pertalian darah (nasab). Kan tetapi adkalanya hubungan seseorang
dengan kabilahnya disebabkan karena ikatn pernikahan, suaka politik atau sumpah
setia.sebuah kabilah akan dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh
al-kabilah yang bisanya dipilih dari salah seorang anggotayang usianya paling
tua.
Masa
sebelum datangnya islam adalah masa-masa jahiliyah. Zaman ini terbagi menjadi
dua periode, yaitu jahiliyah pertama dan jahiliiyah kedua. Jahiliyah pertama
meliputi masa yang sangat panjang, tetapi tidak banyak yang diketahui hal
ihwalnya karena sudah banyak yang lenyap. Adapun jahiliyah kedua sejarahnya
dapat diketahui agak jelas, zaman ini berlangsung kira-kira 150 tahun sebelum
islam lahir. Kata jahiliyah sendiri berasal dari kata jahl, tapi jahiliyah
disini bukan berarti jahl lawan dari ilm, melainkan hilm.
Sebagian
bangsa arab jahiliyah adalah penyembah berhala, setiap kabilah memiliki patung
sendiri, sehingga tidak kurang dari 360 patung bertengger di ka' bah yang suci
itu. Dan ada empat patung yang terkenal, yaitu Lata, Uzza, Manah, dan Hubal.
Sebenarnya mereka percaya Allah sebagai pencipta dan penguasa alam semesta,
tetapi mereka memungkiri tentang hari hidup sesudah mati.
Saat
itu memang hanya satu di antara dua orang ahlul kitab yg berpegang dgn kitab yg
sudah dirubah dan/atau dihapus atau dgn agama yg punah baik bangsa Arab atau
lainnya. Sebagian tdk diketahui dan sebagian yg lain sudah ditinggalkan. Akibat
seorang yg umi hanya bisa bersemangat beribadah namun dgn apa yg ia anggap baik
dan disangka memberi manfaat baik berupa bintang berhala kubur benda keramat
atau yg lainnya
Manusia
saat itu benar-benar dlm kebodohan yg sangat akan ucapan-ucapan yg mereka
sangka baik padahal bukan serta amalan yg disangka baik padahal rusak. Paling
mahir mereka adl yg mendapat ilmu dari warisan para Nabi terdahulu namun telah
samar bagi mereka antara haq dan batil. Atau yg sibuk dgn sedikit amalan meski
kebanyakann mengamalkan bid’ah yg dibuat-buat. Walhasil kebatilan
berlipat-lipat kali dari kebenarannya. Mereka juga mempercayai berita-berita
ahli nujum peramal dan dukun serta menggantungkan nasib melalui burung-burung.
Ketika ingin melekukan sesuatu mereka mengusir burung. Jika terbang ke arah
kanan berarti terus jika ke arah kiri berarti harus diurungkan. Selain itu
mereka juga pesimis dgn bulan-bulan tertentu. Misal krn pesimis dgn bulan safar
mereka kemudian merubah aturan haji sehingga tdk mengijinkan orang luar Makkah
utk haji kecuali dgn memakai pakaian dari mereka. Jika tdk mendapatkan mk
melakukan thawaf dgn telanjang.
•
Muhammad SAW Sebelum Kenabian
Rasulullah
SAW lahir dari kalangan bangsawan Quraisy. Ayahnya bernama abdullah ibn abd
al-muthalib dan ibunya bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya
bertemu pada kilab ibn Murrah. Muhammad SAW dilahirkan di kota Makkah pada
Senin pagi di hari ke-sembilan bulan Rabiul Awal tanggal 20 atau 22 April 571
M, kira-kira 50 atau 55 hari setelah peristiwa kehancuran pasukan bergajah yang
sedang bergerak menuju Baitullah di kota Makkah. Kakek beliaulah yang
memberikan nama Muhammad SAW. Beliau adalah bagian dari suku Quraisy yang
dihormati. Namun demikian, keluarga beliau sangatlah miskin. Ayahanda beliau,
Abdullah, telah wafat sebelum beliau dilahirkan. Sesuai dengan tradisi Arab,
sekelompok perempuan dusun datang ke kota Makkah untuk menjual jasa menyusui
bayi. Kebanyakan dari mereka mencari bayi dari keluarga kaya. Tak satupun dari
mereka peduli untuk menyusui bayi Muhammad SAW lantaran ia yatim dan dari
keluarga yang sangat miskin. Akhirnya, Halimah bersedia menjadi ibu-susunya
dengan harapan keluarganya dapat membina hubungan baik dengan suku Quraisy.
Muhammad SAW tinggal bersama ibundanya hingga mencapai usia 6 tahun. Aminah tak
memiliki apapun untuk menghidupi diri dan anaknya. Iapun pulang ke kota
Madinah, tempat dimana keluarganya tinggal agar dapat memenuhi kebutuhan hidup
mereka ala kadarnya. Di Madinah, Aminah jatuh sakit. Tak berapa lama berselang
iapun wafat dan dimakamkan di sebuah dusun bernama Abwa.
Jadilah Si
kecil Muhammad SAW yatim-piatu. Ia pun sedih, menyendiri dan tak ada gairah
bermain dengan teman-temannya. Selera makannya pun hilang dan kian hari kian
bertambah lemah. Para sanak-saudaranya mengantarkannya kepada kakeknya, Abdul
Muththalib. Sang kakek meninggal dunia di usia 110 Tahun. Sekali lagi Muhammad
SAW kecil kembali tanpa daya di usianya yang ke-10. Pengasuhan dirinya
dilanjutkan oleh sang Paman Abu Thalib di rumahnya.
Abu Thalib
dikenal sebagai orang baik dan salah seorang pemuka suku Quraisy. Namun ia pun
sangat miskin sehingga tak mampu menanggung beban keluarganya yang besar.
Muhammad SAW terpaksa mencari pekerjaan sebagai buruh; di usianya yang baru
sepuluh tahun; agar dapat menghidupi dirinya sendiri. Mulailah ia menjadi
penggembala ternak milik orang lain, di daerah gurun Makkah yang amat sangat
panas. Ia makan dari tetumbuhan liar yang terdapat di gurun dan meminum susu
dari kambing atau domba yang di gembalakannya. Dengan bertelanjang kaki dan
mengenakan pakaian yang tak cukup untuk sekedar menutupi tubuhnya, ia habiskan
waktu seharian di gurun pasir. Biasanya ia kembali ke rumah sang paman di malam
hari untuk sejenak bermalam disana.
Di gurun
pasir itulah ia menghayati bentuk alamiah dari kehidupan. Kesulitan hidup,
kesendirian, dan rasa tanggung-jawab menjadikannya lebih matang daripada
usianya. Sang paman yang pedagang terkesan dengan kecerdasan dan kematangan
keponakannya. Maka ketika Muhammad SAW berusia 12 tahun, Abu Thalib mengajaknya
dalam perjalanan dagang ke Syria.
Ketika
kafilah dagang mereka sampai di kota Basra di wilayah Syria Besar, seorang
pendeta terkenal di masa itu, Buhairah, menghampiri Abu Thalib dan mengatakan,
"Aku mengenali anak muda ini, sebagai sosok yang kelak akan dinobatkan
sebagai rahmat bagi semesta alam. Hal ini tetulis jelas dalam kitab-kitab
kami." Buhairah selanjutnya menyarankan kepada Abu Thalib, “Lindungi anak
muda ini dari orang-orang Yahudi, lebih baik bawa ia kembali ke Makkah.”Abu
Thalib menuruti saran sang pendeta tersebut.
Kala
itu belum ada sistem kepolisian maupun peradilan. Masing-masing suku
menyelesaikan persoalan diantara mereka menurut cara mereka sendiri. Jika suku
yang lemah diperlakukan sewenang-wenang oleh seorang dari suku yang berkuasa,
suku yang lemah hanya bisa terdiam seribu-basa. Sebagai contoh, seorang lelaki
kaya mengambil paksa anak perempuan pengunjung Makkah yang miskin, maka sang
ayah tidak mempunyai jalan keluar untuk mendapatkan kembali anak gadisnya.
Remaja
Muhammad SAW tidak senang dengan kekacauan tatanan demikian. Dikumpulkannya
beberapa pemuda dan dibentuknya satuan sukarelawan untuk melawan kejahatan.
Mereka memberi dukungan kepada suku-suku yang miskin dan lemah. Kelompok ini
sangat berhasil dalam mencapai berbagai tujuan/sasarannya. Hal ini bukanlah
sebuah langkah biasa. Langkah ini dengan cepat membawa perubahan total pada
tatanan peradilan di Makkah, dan penghargaan masyarakat pun tertuju kepada
remaja Muhammad SAW.
Kejujuran,
perilaku sopan-santun, kerja keras, dan kecerdasan pemuda Muhammad SAW merebut
hati setiap orang. Hampir seluruh orang Quraisy adalah pedagang. Khadijah
adalah seorang janda kaya. Ia meminta Muhammad SAW untuk memasarkan
barang-barang dagangannya ke Syria.
Seorang
pendeta yang lain berkata kepada Muhammad SAW bahwa, kelak ia akan menghapuskan
penyembahan berhala dan menyerukan agama yang benar. Muhammad SAW kembali ke
Makkah dengan membawa laba penjualan yang melimpah. Khadijah RA pun mengutus
lagi misi perdagangan untuk kedua kalinya, dan sekali lagi misi ini
menghasilkan laba yang menggembirakan. Maisarah, pelayan Khadijah RA, menyertai
Muhammad SAW dalam dua perjalan dagang itu. Ia menuturkan secara rinci berbagai
kualitas yang dimiliki oleh Muhammad SAW kepada Khadijah RA. Muhammad SAW
adalah juga seorang pemuda yang menarik. Ketika itu Khadijah RA telah berusia
40 tahun, ia sangat tertarik dengan pribadi Muhammad SAW yang baru berusia 25
tahun, dan berkeinginan menikah dengannya. Maka, iapun menitip pesan kepada
Maisarah untuk Muhammad SAW. Namun setelah pesan disampaikan, Maisarah kembali
kepadanya tanpa membawa jawaban.
Maka ia meminta bantuan teman dekatnya, Nafisah untuk
menyampaikan pesan yang sama kepada Muhammad SAW. Nafisah pun menyampaikan
maksud hati Khadijah dan memberikan motivasi kepada Muhammad SAW agar bersedia
menikahi Khadijah RA. Akhirnya gayung bersambut, Muhammad menerima lamaran
Khadijah dan merekapun menikah. Setelah menikah, Muhammad SAW mengambil dua hal
penting.
Pertama, Muhammad SAW hendak menolong pamannya, Abu Thalib,
yang miskin. Maka diambilnya anak sang paman, yakni Ali bin Abi Thalib RA,
untuk diasuh dan dibesarkannya.
Kedua, Khadijah RA menghadiahinya seorang budak yang ketika
itu masih beragama nasrani dan berasal dari Syria, yaitu Zaid bin Harits RA.
Muhammad SAW memerdekakannya. Zaid RA pun sangat mengagumi kepribadian Muhammad
SAW, maka ia menolak kembali kepada orangtuanya dan rememilih menghabiskan sisa
umurnya menemani Muhammad SAW.
Ketika
Muhammad SAW berusia 35 tahun, terjadi dua bencana di Makkah. Pertama, terjadi
kebakaran pada Ka’bah. Kedua, Banjir akibat hujan meruntuhkan sebagian dari
Ka’bah. Pembangunan kembali Ka’bah dilakukan oleh suku Quraisy. Perselisihan
tajam terjadi diantara sepuluh kelompok dalam suku Quraisy, ini terjadi karena
masing-masing kelompok menginginkan kelompoknyalah yang mendapat kehormatan
meletakkan kembali Hajar Aswad ke tempatnya semula di dinding Ka’bah.
Pertumpahan
darah nyaris terjadi sebagai pilihan penyelesaian perselisihan ini. Namun,
akhirnya mereka sampai pada kesepakatan bulat untuk menyerahkan urusan ini
kepada Muhammad SAW, mengingat bahwa diantara seluruh penduduk Makkah, beliau
dikenal sebagai sosok yang paling jujur dan condong pada berlaku adil. Berbekal
kecerdasan akal budi dan pandangan yang jauh ke depan, Muhammad SAW dapat
dengan singkat menyajikan jalan keluar atas persoalan yang diperselisihkan.
Dimintanya selembar kain dan dibentangkannya kain ini diatas
tanah. Kemudian, diletakkanlah Hajar Aswad di atas kain ini, dan masing-masing
pimpinan kelompok secara bersama memegang lembaran kain dan mengangkatnya ke
dekat dinding Ka’bah. Kemudian Muhammad SAW dengan tangannya sendiri meletakkan
kembali Hajar Aswad pada tempatnya semula di dinding Ka’bah.
•
Diangkat Menjadi Rasul
pada
malam senin 17 Ramadhan tahun 13 sebelum hijriyah. Muhammad SAW memiliki
kebiasaan merenung di sebuah goa yang disebut goa Hira’. Di usianya yang ke-40,
suatu hal luarbiasa terjadi ketika beliau sedang berada di goa ini. Malaikat
Jibril AS hadir disini dan meminta Muhammad SAW untuk membaca (dalam bahasa
Arab; Iqra’! = bacalah!). Wahyu ke-dua
yang diturunkan adalah, tujuh ayat pertama dari surat Al-Muddatstsir. Setiap
ayatnya begitu singkat namun sangat bertekanan dan bermakna sangat dalam. Wahyu kedua inilah yang menandai penobatan
Nabi Muhammad SAW sebagai rasulullah.
E. Mendakwahkan Islam dan Reaksi Quraisy
Rasulullah
melaksanakan tugas risalahnya selama 13 atun di makkah dan sepuluh tahun di
Madinah. Dakwah periode Makkah ditempuh melalui tiga tahap. Tahap pertama
adalah secara diam-diam, yang kedua adalah dakwah semi terbuka. Dalam tahap ini
rasulullah menyeru kepada keluarganya dalam lingkup yang lebih luas. Yang
menjadi seruannya adalah bani hasyim. Ketika gerakan rasulullah makin meluas,
jumlah pengikutnya bertambah danseruannya semakin tegas dan lantang, bahkan
secara terang-teranga. Orang-orang quraisy terkejut dan marah, mereka menentang
dakwah rasulullah dandengan berbagai macam carauntuk menghalanginya. Menurut
syalabi ada lima faktor yang mempengaruhi orang0orang quraisy menentang dakwah
rasulullah, yaitu karena persaingan pengaruh kekuasaan, persamaan derajat,
takut dibangkitkan setelah mati, taklid kepada nenek moyang, dan perniagaan
patung.
Ketika
kesedihan yang melanda rasulullah atas pemboikotan, abu thalib, paman beliau,
dan khadijah istri beliau meninggal dunia. Oleh karena itu, tahun itu dikenal
dengan tahun'am al-huzn, tahun kesedihan. Akibatnya banyak orang-orang quraisy
menentang dan menghina rasulullah, bahkan penganiyayaan. Pada saat-saat
menghadapi ujian berat, rasulullah diperintahkan untuk melakukan perjalanan
malam dari masjid al-haram di makkah ke bait al-maqdis di palestina yang kita
kenal dengan istilah isra dan mi' raj yang terjadi pada malam 27 rajab tahun 11
sesudah kenabian.
F. Orang-orang Yastrib Masuk Islam
Dua
ribu orang lelaki dan perempuan dari suku Quraisy memeluk Islam dan berbaiat
kepada Rasulullah SAW di bukit Shafa. Banyak suku-suku bangsa Arab yang lainnya
pun, yang sebelumnya telah yakin atas kenabian Muhammad SAW, namun selama ini
enggan menyatakan lantaran sepak-terjang kaum Quraisy, kini pun bersama-sama
dalam jumlah besar memeluk Islam. Kota Yatsrib berpenduduk asli Suku Aus dan
Suku Khazraj. Di samping mereka, orang-orang Yahudi juga menentap di sana.
Meski bermuamalah dengan penduduk Suku Aus dan Khazraj, orang-orang Yahudi
tidak bisa menutupi sikap permusuhan mereka. Bahkan, orang-orang Yahudi ini
menjanjikan bahwa akan datang seorang nabi yang akan memimpin mereka memerangi
Suku Aus dan Khazraj sebagaimana memerangi kaum ‘Ad dan Tsamud.
Keyakinan
akan datangnya nabi tersebut begitu melekat di penduduk Yatsrib. Hingga suatu
ketika di musim haji Rasulullah saw. berdakwah dengan mendatangi
kabilah-kabilah yang tengah melaksanakan haji di Baitullah. Rasulullah saw.
berjumpa dengan rombongan dari Suku Khazraj. Beliau menawarkan Islam kepada
mereka. Orang-orang Khazraj saling berkata kepada satu sama lain. Setahun
setelah perjumpaan pertama itu, 12 orang penduduk Yatsrib yang telah beriman pergi
ke Mekkah untuk melaksanakan haji dan menemui Rasulullah saw. Mereka bertemu di
Aqabah. Di sana mereka membai’at (bersumpah setia) kepada Rasulullah saw. Isi
baiat mereka adalah seperti baiat kaum wanita. Isi baiat wanita adalah,
pertama, tidak mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; kedua, tidak
mencuri; ketiga, tidak akan berzina; keempat, tidak akan membunuh anak-anak
mereka sendiri, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan
dan kaki mereka, dan tidak berdurhakai Rasulullah dalam urusan yang baik.
Pada musim
haji berikutnya Mus’ab bin Umair membawa rombongan muslimin Yatsrib yang
terdiri atas 73 pria dan 2 wanita menuju Mekkah. Mereka membuat janji bertemu
dengan Rasulullah saw. pada pertengahan hari tasyrik di Aqabah. Setelah lewat
sepertiga malam di malam waktu yang dijanjikan, rombongan itu menjumpai
Rasulullah saw. secara diam-diam.
G. Hijrah ke Yastrib
Sebelum
Rasulullah hijrah, Madinah bernama Yastrib. Sesudah Beliau Hijrah disebut
Madiyatun Nabi atau Kota Nabi. Kota ini tempat lalu lintas perdagangan antara
Mekkah dan Syria. Pada waktu itu Kota Yastrib.
Hijrah
pertama ini diikuti hanya oleh dua puluh orang. Di dalam rombongan ini terdapat
Ruqayyah binti Muhammad (putri Rasulullah saw.) dan suaminya Utsman bin Affan.
Mereka berlayar secara diam-diam menuju Habasyah dengan menggunakan kapal
dagang. Kaum musyrik Mekah kemudian mengirim pasukan untuk mengejar mereka.
Namun, kaum muslim telah berlayar setibanya pasukan di tepi laut. Peristiwa ini
terjadi di bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan.
Hijrah ke Habasyah ini dilakukan kaum muslim karena semakin meningkatnya intimidasi kaum Qurisy pada mereka. Setelah dua bulan tinggal di Habasyah, mereka kembali ke Mekah karena mengira intimidasi kaum Quraisy sudah jauh berkurang.
Hijrah ke Habasyah ini dilakukan kaum muslim karena semakin meningkatnya intimidasi kaum Qurisy pada mereka. Setelah dua bulan tinggal di Habasyah, mereka kembali ke Mekah karena mengira intimidasi kaum Quraisy sudah jauh berkurang.
Setiba
Rasulullah SAW di Madinah, onta beliau Quswa duduk di lahan terbuka di dekat
rumah Abu Ayyub Ansari . Maka beliau SAW pun menetap di tempat itu sampai
terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk
beliau. Seluruh sahabat bersama-sama Nabi SAW juga secara langsung turun tangan
dalam pembangunan Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama
dalam pembangunan Masjid Quba’.
Beberapa
hari kemudian, istri Nabi SAW : Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and
Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga
menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun
putri beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah
setelah terjadi peperangan Badar.
H. Haji Wada' dan Akhir Hayat Rasulullah
Tahun
kesebelas Hijriyah, haji pertama Nabi dan kaum Muslimin tanpa ada seorang
musrik pun yang ikut didalamnya, untuk pertama kalinya pula, lebih dari 10.000
orang berkumpul di Madinah dan sekitarnya, menyertai Nabi melakukan perjalanan
ke Makkah, dan .. sekaligus inilah haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi.
Rombongan haji meninggalkan Madinah tanggal 25 Dzulqaidah , Nabi disertai semua
isterinya, menginap satu malam di Dzi Al-Hulaifah, kemudian melakukan Ihram
sepanjang Subuh, dan mulai bergerak... seluruh padang terisi gema suara mereka
yang mengucapkan,Labbaik, Allahumma labaik... Labbaik, la syarika laka, ! Aku
datang memenuhi panggilanmu, Allahumma, ya Allah, aku datang memenuhi
panggilan-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu...Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu.
Segala puji, kenikmatan, dan kemaharajaan, hanya bagi-Mu. Tiada sekutu
bagi-Mu... Labbaik, aku datang memenuhi panggilan-Mu... Langit, hingga hari
itu, belum pernah menyaksikan pemandangan di muka bumi seperti yang ada pada
saat itu. Lebih dari 100.000 orang, laki-laki dan perempuan “ dibawah sengatan
Matahari yang amat terik dan di padang pasir yang sebelumnya tak pernah dikenal
orang “ bergerak menuju satu arah.
Kira-kira
tiga bulan sesudah menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu, rasulullah
menderita demambeberapa hari. Beliau menunjuk abu bakar untuk menggantikan
beliau mengimami shalat jama'ah. Pada hari senin 12 rabiul awal 11 H bertepatan
dengan 8 juni 632 M rasulullah menghembuskan nafas terakhirnya untuk menghadap
Allah SWT dalam usia 63 tahun. Tidak ada benda berarti yang ditinggalkan
rasulullahuntuk keluarganya, selain pesan-pesan amat berharga sepanjang
sejarah. Pemimpin terbesar dunia sepanjang sejarah telah menyelesaikan tugas-tugasnya.