AKAL DAN WAHYU, apakah ada ??
by Unknown
A.
PENDAHULUAN
Akal
adalah anugerah dari Tuhan yang diberikan kepada satu-satunya makhluk
ciptaannya yaitu manusia. Akal dengan
segala kemampuannya untuk berpikir adalah kelebihan yang membedakan antara
manusia dan makhluk lain. Al-Qur’an banyak menyerukan kepada manusia untuk
berpikir yaitu menggunakan akal. Sebagai khalifah di bumi, manusia diberi
kebebasan menggunakan akal pikirnya untuk memakmurkan kehidupan karena pada
hakikatnya manusia adalah makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan
bertindak dan berkecenderungan untuk mencari kebenaran. Namun, karena kebebasan
akal tersebutlah maka akal saat ini seakan-akan menjadi dewa dalam kehidupan
manusia. Padahal disamping akal, masih ada wahyu yang juga mempunyai nilai
kebenaran lebih tinggi.
B. KEBEBASAN
MENGGUNAKAN AKAL
Tuhan
memberikan akal kepada manusia untuk digunakan
dalam proses berfikir. Berfikir merupakan sebuah proses kerja akal budi
ketika menangkap pengalaman atau realita untuk menemukan sebuah kebenaran
tentang realita atau pengalaman itu sendiri. Dari proses berfikir tersebut manusia
dapat menetukan baik dan buruknya sesuatu, boleh atau tidaknya melakukan
sesuatu dan bahkan dari proses berpikir itulah lahirlah kebudayaan-kebudayaan
yang menjadi hal penting dalam kehidupan manusia dari dulu hingga saat ini.
Berpikir merupakan suatu proses yang bebas nilai. Hal ini sangat penting karena
ketika kebebasan berpikir dipasung dan dibatasi dengan nilai- nilai tertentu,
maka disitulah awal ketidakberdayaan manusia. Ketika kondisi seperti ini yang
terjadi, maka pada saat yang bersamaan kebudayaan akan punah. Begitu pula,
ketika dunia ini kosong kebudayaan, maka sudah tidak perlu lagi apa yang di
sebut sistem nilai- budaya. Padahal antara budaya manusia dan nilai yang
terkait dengannya tidak dapat dipisahkan, karena masing-masing ada karena yang
lain ada.
C. WAHYU SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Wahyu merupakan norma atau hukum yang
diturunkan langsung oleh Tuhan kepada nabi pilihannya yaitu Muhammad sallallahu'alaihiwasallam. melalui malaikat jibril. Wahyu Tuhan adalah
sesuatu yang absolut dan tidak relatif sehingga seharusnya wahyu merupakan
satu-satunya tuntunan yang mempunyai otoritas tertinggi terhadap suatu
kebenaran bagi seluruh manusia. Wahyu adalah sesuatu yang universal dan sudah
bersifat final. Wahyu diturunkan kepada manusia yang memiliki fitrah yang sama
dari dulu hingga sekarang. Oleh karena itulah wahyu tidak akan pernah tunduk
pada kebudayaan yang berkembang. Justru sebaliknya, wahyu akan mengkritik
kebudayaan yang tidak sejalan dengan wahyu itu sendiri.
D. ADAKAH
RUANG ANTARA AKAL DAN WAHYU?
Dari pernjelasan di atas dapat dapat
diketahui bahwa akal dan wahyu masing-masing mempunyai nilai kebenaran dan
sama-sama memiliki otoritas tersendiri. Wahyu memberikan kebebasan kepada akal
untuk berfikir dan menghasilkan kebudayaan. Akal dan proses berfikir pada
dasarnya tidak berhubungan langsung dengan kehidupan sosial, tetapi hasil dari
proses berfikir tersebut secara langsung masuk kedalam kehidupan sosial
manusia. Sebagai contoh, manusia berfikir, melakukan penelitian terhadap
fakta-fakta dan gejala-gejala sehingga lahirlah apa yang disebut dengan teori bayi tabung. Pada tataran produk
pemikiran, teori bayi tabung ini bukanlah sesuatu yang salah. Tetapi akan
menjadi salah jika teori tersebut diimplikasikan dalam kehidupan nyata. Dalam
kasus bayi tabung, penafsiran wahyu membolehkan diberlakukannya teori tersebut
tetapi dengan syarat-syarat tertentu. Jadi sangatlah jelas bahwa hasil
pemikiran akal tidaklah bebas nilai ketika disandingkan dengan wahyu. Ketika
terjadi ketidaksejalanan, maka akal harus mengalah pada wahyu.
E.
KESIMPULAN
Akal
dan wahyu mempunya nilai kebenaran masing-masing. Kebenaran dari hasil berfikir
dengan akal tersebut adalah sesuatu yang relatif sedangkan kebenaran dari wahyu adalah mutlak
dan tidak dapat diganggu gugat lagi.
Antara akal dan wahyu terdapat ruang dimana keduanya dapat bertemu dan
bahkan saling berinteraksi dan terdapat pula ruang dimana keduanya harus
berpisah. Pada saat wahyu merekomendasikan berkembang dan lestarinya budaya dan
ilmu pengetahuan dengan memberikan ruang kebebasan akal agar berpikir secara
dinamis, kreatif dan terbuka, di sanalah terdapat ruang bertemu antara akal dan
wahyu. Tetapi ketika terjadi pertentangan antara keduanya, maka akal harus
mengalah pada wahyu karena wahyu berasal dari Tuhan yang mempunyai nilai
kebenaran lebih tinggi dibandingkan akal. Jika dalam filsafat umum akal dan
proses berfikir adalah bebas nilai, maka dalam filsafat agama (islam) akal dan
hasil pemikirannya adalah tidak bebas nilai karena ada wahyu yang mengontorl
kebebasan tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Husaini
A, Islamiah Vol. 5, Nomor 1, 2009
Mahfud
M, Teologia, Volume 19, Nomor 2, Juli 2008
Musa Y
,1991, Alqur'an dan filsafat, PT.
Tiara Wacana, Yogyakarta